Jika kamu ingin meningkatkan kesehatanmu, maka kantor dokter adalah pilihan utama kamu tentunya. Namun, kantor kamu mungkin juga memiliki pengaruh yang sama besarnya terhadap kesehatan, menurut penelitian yang terus berkembang menunjukkan bahwa pekerjaanmu bisa mempengaruhi segala hal, mulai dari kesehatan mental hingga risiko penyakit kardiovaskular.
Melansir Time, kepala petugas medis untuk pencegahan di American Heart Association, Dr. Eduardo Sanchez mengatakan kesehatan terjadi di mana-mana. Apalagi, rata-rata orang dewasa yang bekerja di Amerika Serikat menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja daripada melakukan hal lain, dan ini termasuk tempat kerja, kata Eduardo.
Stres yang berhubungan dengan pekerjaan merupakan salah satu dari penyebab masalah kesehatan. Sebab, stres yang tidak terkelola dengan baik bisa mengakibatkan penyakit jantung, insomnia, masalah pencernaan, dan kondisi kronis lainnya.
Selain itu, berada di tempat kerja selama berjam-jam juga bisa menyita waktu yang seharusnya digunakan untuk tidur, berolahraga, memasak, bertemu dengan pasangan atau teman, atau melakukan aktivitas lain yang dapat meningkatkan kesehatan.
Masalah-masalah tersebut paling efektif diatasi ketika pemberi kerja mengubah kondisi tempat kerja daripada bersandar pada inisiatif kesehatan di tempat kerja sebagai plester luka, seperti yang dikatakan oleh Direktur Kolaborasi Universitas North Carolina untuk Penelitian tentang Pekerjaan dan Kesehatan, Laura Linnan.
“Kita bisa memberikan semua strategi penanganan dan program manajemen stres yang mungkin. Namun, jika kita mengembalikan ke karyawan ke dalam lingkungan di mana kecepatan kerja tidak terkendali, susunan staf yang salah, atasan yang toxic, dan tidak ada manajemen stres apapun yang bisa menyelamatkannya,” kata Linnan.
Berikut adalah hasil penelitian tentang bagaimana pekerjaan dapat memengaruhi kesehatan, dan berbagai cara yang bisa dilakukan oleh atasan dan karyawan untuk membuat tempat kerja menjadi lebih baik lagi bagi semua orang.
Temukan kendali dan makna dalam pekerjaan
Linnan mengatakan, otonomi di tempat kerja adalah hal yang kuat. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kendali yang dimiliki seseorang atas pekerjaannya bisa memprediksi bagaimana pekerjaannya bakal mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya, terkadang lebih besar daripada beban kerja itu sendiri.
Sementara, kurangnya otonomi merupakan faktor risiko yang diketahui menyebabkan burnout, suatu kondisi yang ditandai dengan perasaan lelah, tidak tertarik, dan menjadi sinis terhadap pekerjaan.
Secara alamiah, beberapa pekerja akan memiliki lebih banyak hak untuk menentukan waktu dan tugas mereka ketimbang yang lain, kata Linnan.
Tetapi, bahkan dalam lingkungan mereka yang sangat teratur, atasan pun dapat bertanya, misalnya “Apa yang akan membuat pekerjaan ini lebih baik untuk kamu?” dan menggunakan feedback tersebut untuk menentukan bagaimana shift dan waktu istirahat dijadwalkan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang merasa pekerjaannya bermakna bisa mengalami peningkatan kesejahteraan, selama mereka tidak bekerja terlalu banyak atau berinvestasi. Jadi, jika budaya tempat kerja memungkinkan, karyawan dapat mempertimbangkan untuk secara proaktif menyampaikan ide mereka kepada manajer dan meminta tugas yang sesuai dengan pekerjaan yang ingin mereka lakukan.
Tapi, sayangnya, kata Linnan, tidak semua perusahaan dan manajer terbuka untuk hal tersebut. Di situlah kembalinya kebangkitan serikat pekerja di AS muncul. “Ada organisasi-organisasi yang sama sekali tidak bergerak, dan para karyawan tidak akan tinggal diam,” ucapnya.
Mengakui dan memberikan penghargaan atas pekerjaan yang baik
Upah yang adil adalah bentuk penghargaan di tempat kerja yang paling nyata dan berdampak, serta memiliki kaitan yang jelas dengan kesehatan yang lebih baik. Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa pengakuan secara verbal, seperti atasan yang memuji atau berterima kasih kepada bawahannya atas pekerjaan mereka bisa meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, pria yang merasa bahwa dirinya terlalu berusaha keras dalam pekerjaannya, namun tidak mendapatkan imbalan yang setimpal (yang diukur dari apakah mereka merasa bahwa mereka diberi kompensasi secara adil, memiliki prospek promosi yang baik, dan mendapatkan rasa hormat yang cukup dari rekan-rekan kerja dan supervisor) memiliki risiko 50 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung dibandingkan dengan rekan-rekan kerja yang merasa diakui secara adil.
Sementara, tidak ada kaitan yang jelas di antara wanita, tetapi rekan penulis studi ini mencatat dalam sebuah pernyataan, bahwa mengurangi pemicu stres di tempat kerja, termasuk ketidakseimbangan antara usaha dan imbalan, dapat memberikan manfaat kesehatan lainnya bagi semua orang, baik itu pria maupun wanita, yang berpotensi menurunkan depresi.
Menciptakan lingkungan kerja yang fleksibel
Tempat kerja yang penuh dengan tuntutan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak sulit juga untuk melakukan perubahan yang berarti.
“Kamu bisa mengubah pekerjaan, dan sebenarnya dalam waktu yang relatif singkat,” ucap Lisa Berkman, ahli epidemiologi sosial di Harvard T.H. Chan School of Public Health.
Untuk penelitian yang diterbitkan pada tahun 2003, Berkman dan rekan-rekannya mempelajari dua tempat kerja yang sangat berbeda, yakni perusahaan IT dan penyedia layanan kesehatan jangka panjang.
Para manajer di kedua tempat tersebut dilatih untuk lebih mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi karyawan, dan para supervisor, serta karyawan bersama-sama mencari cara untuk merampingkan pekerjaan, contohnya dengan meniadakan beberapa meeting di luar jadwal, atau meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk pekerjaan administratif.
Setelah program-program ini diterapkan, para peneliti menemukan bahwa para pekerja melihat peningkatan yang terukur dalam kualitas tidur, kesehatan psikologis, dan kesehatan jantung.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa empat hari kerja dalam seminggu bisa meningkatkan kesehatan mental, kualitas tidur, dan tingkat aktivitas fisik karyawan. Ini semakin menegaskan manfaat dari jam kerja yang fleksibel.
Empat hari kerja dalam seminggu mungkin tidak bisa diterapkan di semua industri, namun perusahaan yang ikut serta dalam program percontohan dari sistem tersebut telah menemukan Solusi, seperti menugaskan departemen yang berbeda di dalam perusahaan untuk bekerja di hari yang berbeda, dan memberikan karyawan mengambil beberapa hari kerja dalam seminggu.
Menumbuhkan dukungan sosial di tempat kerja
Bersosialisasi di tempat kerja mungkin terlihat tidak penting, atau bisa menguras emosi, tetapi kata para ahli ternyata sangat bermanfaat. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa orang yang memiliki dukungan sosial yang kuat di tempat kerja punya risiko kematian dini yang lebih rendah, selain kesehatan mental dan kepuasan kerja yang lebih baik.
Kamu tidak perlu menjalin pertemanan yang dekat dan personal di kantor. Bahkan, menurut peneliti, interaksi yang relatif kecil seperti mengobrol dengan rekan kerja setelah rapat atau memeriksa keadaan mereka setelah bekerja keras seharian, bisa sangat membantu.
Di sisi lain, manajer juga harus menciptakan lingkungan yang dapat membuat karyawan merasa bebas untuk membangun hubungan sosial, dan mengecek kondisi bawahannya untuk mengetahui bagaimana keadaan mereka sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya sebagai pekerja.
Menurut Linnan, mentalitas tersebut adalah kunci dari kesehatan di tempat kerja secara umum. Linnan menunjuk Program Kesehatan Pekerja Total dari Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai model yang baik.
Program tersebut meningkatkan semua ranah kesehatan karyawan, mulai dari risiko kecelakaan dan penyakit di tempat kerja hingga kesejahteraan psikologis, yang sangat berbeda dengan inisiatif kesehatan di tempat kerja yang klasik, yang cenderung berfokus pada tujuan yang sempit, seperti meningkatkan aktivitas fisik atau mendorong penghentian kebiasaan merokok.
“Kesejahteraan secara keseluruhan adalah tentang kesehatan mental, fisik, spiritual, emosional, dan keuangan. Semua itu saling terkait,” ujar Linnan.
Pada intinya, tuntutan dan beban pekerjaan yang tinggi memang dapat mempengaruhi kesehatan dan kinerja kita sebagai karyawan. Oleh karena itu, kedua pihak perlu mencari cara untuk membuat tempat kerja menjadi lebih baik lagi. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua, ya!