Tanda Karyawan Alami Gangguan Mental
Ilustrasi karyawan mengalami gangguan mental/freepik

3 Tanda Karyawan Mengalami Gangguan Mental

Kesehatan mental adalah hal penting dalam dunia kerja yang nyatanya kerap diabaikan. Kesejahteraan mental karyawan padahal memiliki dampak yang signifikan bagi individu maupun organisasi.

Banyaknya tuntutan pekerjaan yang semakin kompleks dan beragam membuat karyawan rentan mengalami tekanan, stres, dan gangguan mental. Maka dari itu, penting untuk menjaga mental health karyawan, karena ini bukan tanggung jawab individu saja, melainkan merupakan investasi bagi keberhasilan dan produktivitas organisasi.

Di dalam organisasi, seorang karyawan dengan kesehatan mental yang baik akan membawa dampak positif, seperti peningkatan produktivitas, kualitas kerja lebih baik, retensi karyawan menjadi tinggi, dan lingkungan kerja yang harmonis. Selain itu, karyawan yang merasa diperhatikan dan didukung untuk menjaga kesehatan mentalnya juga cenderung lebih berdedikasi, termotivasi, dan loyal dengan perusahaan tempat mereka bekerja.

Tanda-tanda karyawan mengalami gangguan mental

Mencari tahu tanda-tanda gangguan mental pada karyawan merupakan langkah penting dalam upaya mendukung kesejahteraan mental mereka. Ada berbagai tanda-tanda dengan variasi berbeda-beda, seperti perubahan perilaku, mood, hingga kinerja kerja. Adapun beberapa indikator yang bisa menunjukkan adanya gangguan mental pada karyawan adalah:

  1. Perubahan perilaku

  • Isolasi diri: Karyawan mulai memilih untuk menjauhi interaksi sosial, menghindari pertemuan atau aktivitas tim, dan lebih memilih bekerja sendiri.
  • Kehilangan minat: Karyawan merasa kehilangan minat atau kegairahan dalam pekerjaan atau aktivitas yang sebelumnya dianggap menyenangkan.
  • Produktivitas jadi menurun: Merasa kesulitan dalam menyelesaikan tugas, sering terlambat, atau absen tanpa alasan yang jelas.
  • Perubahan pola tidur dan makan: Kesulitan tidur, insomnia, atau sebaliknya, tidur berlebihan. Tidak hanya itu, pola makan juga mengalami perubahan seperti kehilangan nafsu makan atau konsumsi makanan berlebihan.
  1. Perubahan mood

  • Perasaan sedih atau putus asa: Perubahan dalam suasana hati yang drastic, kesedihan yang berlarut-larut, atau perasaan putus asa yang tidak wajar.
  • Ketegangan atau mudah marah.
  • Sering merasa tegang, mudah tersinggung, atau marah tanpa sebab yang jelas.
  • Perasaan cemas atau khawatir: Rasa cemas yang berlebihan, rasa khawatir yang terus menerus, atau sering gelisah.
  1. Perubahan kinerja

  • Kesalahan kerja yang meningkat: Terjadinya peningkatan kesalahan dalam pekerjaan, kurangnya ketelitian, atau kesulitan dalam mengambil keputusan.
  • Kesulitan konsentrasi: Sulit fokus, mudah terganggu, atau merasa sulit untuk memproses informasi.
  • Peningkatan absensi: Absen menjadi lebih sering tanpa alasan yang jelas atau meninggalkan pekerjaan lebih awal.
  • Kurangnya inisiatif: Kehilangan motivasi untuk mengambil inisiatif atau tanggung jawab dalam pekerjaan.

Menghadirkan lingkungan kerja yang suportif dan menyediakan akses ke layanan kesehatan mental merupakan langkah krusial dalam mendukung pekerja untuk mengatasi gangguan mental dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka.

Organisasi atau perusahaan yang memprioritaskan kesehatan mental karyawannya tentu akan mendapatkan manfaat berupa peningkatan produktivitas, loyalitas karyawan, dan reputasi perusahaan sebagai tempat kerja yang peduli terhadap kesejahteraan karyawan.

Tips terbaik untuk mengatasi kesehatan mental karyawan

  1. Membangun budaya kerja yang terbuka

  • Komitmen tingkat tinggi: Manajemen senior harus menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung kesehatan mental karyawannya dan mempromosikan budaya kerja yang lebih terbuka dan suportif.
  • Pendidikan dan kesadaran: Menggelar pelatihan dan workshop tentang kesadaran kesehatan mental seluruh karyawan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan terkait isu-isu mental health.
  • Komunikasi terbuka: Mendorong komunikasi yang lebih terbuka antara karyawan dan manajemen mengenai masalah kesehatan mental, menjamin kerahasiaan, dan menghindari stigmatisasi.
  • Promosi work-life balance: Mendorong pekerja untuk menciptakan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi mereka dengan cara memberikan fleksibilitas jam kerja dan waktu istirahat yang cukup.
  • Dukungan peer-to-peer: Membentuk kelompok dukungan atau jaringan karyawan untuk saling mendukung dan berbagi pengalaman mengenai kesehatan mental.
  1. Peran supervisor dan pemimpin

  • Pendekatan yang proaktif: Supervisor dan pemimpin harus lebih proaktif dalam mengenali tanda-tanda gangguan mental pada karyawan dan menawarkan bantuan sebelum masalah menjadi lebih serius.
  • Pendengaran aktif: Mendengarkan dengan empati dan tanpa penilaian ketika karyawan mengungkapkan masalah atau tantangan yang mereka hadapi.
  • Memfasilitasi akses ke sumber daya: Memastikan karyawan mengetahui dan bisa mengakses sumber yang tersedia, seperti layanan kesehatan mental, program bantuan karyawan, dan layanan konseling.
  • Penilaian dan pemantauan kinerja yang adil: Memberikan penilaian kinerja yang adil dan menyeluruh dengan mempertimbangkan dampak gangguan mental terhadap performa kerja karyawan.
  • Model perilaku positif: Menjadi contoh dan model perilaku positif dengan menunjukkan sikap yang mendukung, empati, dan pengertian terhadap karyawan yang mengalami gangguan mental.
  • Pemberian feedback yang konstruktif: Memberikan umpan balik yang konstruktif dan mendukung dapat membantu karyawan mengatasi tantangan dan meningkatkan kinerja mereka.

Dengan menerapkan tips dan praktik di atas akan membantu organisasi membangun budaya kerja yang terbuka, mendukung, dan peduli terhadap mental health karyawan. Jadi, karyawan yang mengalami masalah kesehatan mental akan merasa didukung, dihargai, dan mampu mengatasi tantangan yang mereka hadapi dengan dukungan dari rekan kerja dan manajemen.