Glassdoor melakukan penelitian tentang tren budaya kerja pada tahun 2024. Salah satu hasil dari penelitian tersebut mengungkapkan bahwa jumlah karyawan Gen Z di dunia kerja akan meningkat jauh lebih tinggi.
Namun, tidak bisa dipungkiri juga bahwa generasi milenial masih mendominasi angkatan kerja. Tetapi, pergeseran budaya kerja akan terjadi di tahun ini karena pekerja Gen Z lebih peduli soal transparansi, kepemimpinan yang responsive, perasaan untuk dilihat dan didengar, keberagaman dan inklusi, serta rasa kebersamaan.
Mau tidak mau, perusahaan harus memenuhi kebutuhan karyawan tersebut. Selain itu, sebagian perusahaan yang berpikir panjang juga perlu memikirkan terkait pemberian pengalaman yang lebih baik dan menciptakan budaya kerja yang lebih sehat bagi karyawannya.
Masa depan budaya kerja dan pengalaman karyawan
Qualtrics dalam laporannya mengungkapkan bahwa ada lima faktor utama yang bakal mempengaruhi pengalaman karyawan dan membentuk budaya kerja di tahun 2024 ini, yaitu:
- Menggunakan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk membantu karyawan dalam pekerjaannya
- Menjadi inklusif terhadap karyawan garis depan
- Melampaui isu keuangan
- Mendefinisikan ulang komunikasi internal
- Sistem hybrid akan tetap ada
-
Penggunaan AI untuk membantu pekerjaan karyawan
AI telah berkembang dengan kecepatan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Hal ini dibuktikan lewat platform seperti Chat GPT atau lainnya yang berkaitan dengan pemrosesan bahasa alami (NLP).
Menurut Qualtrics, karyawan yang semakin puas terhadap pekerjaan mereka akan membuat mereka semakin terbuka pula kepada AI. Meski begitu, karyawan juga membutuhkan kejelasan dari penggunaan AI. Mereka juga perlu diyakinkan bahwa AI bisa membantu meningkatkan kualitas pekerjaan mereka, bukan mengelola pekerjaannya.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh perusahaan:
- Pahami pendapat karyawan untuk memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi mereka dan juga untuk bisnis.
- Penuhi kebutuhan karyawan terhadap AI dalam membantu mereka melakukan tugasnya seperti menulis, memahami data, atau sebagai asisten untuk pertanyaan internal.
- Pimpinan harus memiliki pandangan yang jelas mengenai bagaimana AI akan digunakan di perusahaan. Mereka juga perlu memastikan bahwa teknologi tersebut tidak melanggar etika atau privasi karyawan.
-
Bersikap inklusif bagi karyawan garis depan
Karyawan garis terdepan merupakan pekerja yang berhadapan dengan pelanggan secara langsung, entah tim sales, customer service, atau lainnya. Ketika mereka merasa kehabisan tenaga atau tidak berada di jalur yang tepat, nantinya akan mempengaruhi pengalaman pelanggan (CX), dan bahkan lebih dari itu, yakni mempengaruhi pendapatan perusahaan.
Yang harus dilakukan perusahaan adalah:
- Dapatkan bantuan teknologi seperti platform pengalaman karyawan (employee experience) untuk menyatukan semua karyawan dalam satu ruang bersama.
- Pisahkan sekat di antara tim dan terapkan kolaborasi lintas fungsi, khususnya dengan tim yang bekerja di garis depan, terutama tim yang berfokus pada CX.
- Atasan perlu meluangkan waktu untuk berhubungan langsung dengan karyawan garis depan dan mendapatkan kepercayaan mereka.
- Jika telah melakukan survei kepada karyawan, manajemen dan pimpinan HR harus melakukan tindak lanjut dengan suatu upaya untuk menutupi ketidakpuasan karyawan, dan mengkomunikasikan perubahan yang telah dilakukan berdasarkan feedback yang diterima.
-
Bukan cuma soal keuangan
Ketika Gen Z mulai memasuki dunia kerja, penting bagi kita untuk tetap relevan dan memastikan bahwa budaya dapat berubah seiring waktu.
Walaupun isu keuangan masih menjadi perhatian yang utama, isu soal budaya kerja juga tak kalah penting. Oleh karena itu, perusahaan perlu mendefinisikan ulang program untuk memenuhi kebutuhan karyawan dan memastikan program tersebut telah memenuhi harapan karyawan baru.
Apa yang bisa dilakukan perusahaan?
- Memodifikasi program orientasi karyawan guna memastikan bahwa karyawan, apapun cara kerja mereka, perlu diberikan platform untuk mengenal dan menjalin koneksi satu sama lain.
- Karyawan baru perlu tahu apakah kesempatan yang perusahaan berikan sejalan dengan tujuan mereka. Yang menjadi kunci dalam hal ini adalah komunikasi terbuka antara manajer, karyawan baru, mentor, dan tim HR.
- Berikan pandangan yang jelas terkait program pembelajaran, pengembangan, dan peningkatan keterampilan. Dengan mendorong pertukaran pengetahuan antar tim dapat memungkinkan karyawan baru untuk menghasilkan ide dan feedback.
-
Mendefinisikan ulang komunikasi internal
Kebutuhan untuk didengar menjadi salah satu kebutuhan yang penting bagi karyawan. Menjadi pendengar yang baik tentu akan lebih baik dari sekadar survei kepuasan karyawan atau data apapun.
Apa yang harus dilakukan perusahaan?
- Perusahaan perlu membangun komunikasi internal yang mencakup program untuk mendengarkan karyawan secara aktif.
- Manfaatkan teknologi pada platform yang dapat membawa semua karyawan ke ruang komunikasi yang sama, dan memungkinkan mereka dalam memberikan ide, pendapat, serta masukkan.
-
Hybrid akan tetap ada
Laporan Qualtrics menyatakan bahwa karyawan yang bekerja di kantor selama lima hari dalam satu minggu memiliki kepuasan yang rendah, sementara karyawan yang mengikuti sistem hybrid menunjukkan hasil kepuasan yang lebih tinggi.
Meskipun belum ada solusi secara universal untuk hal ini, hadirnya sistem hybrid jelas membantu meningkatkan kepuasan karyawan.
Hal-hal yang dapat dilakukan perusahaan:
- Pimpinan perlu mengembangkan pengaturan kerja bagi tim mereka secara fleksibel.
- Pemimpin harus memahami hal-hal yang paling membuat karyawan merasa nyaman dan menetapkan tujuan berdasarkan jumlah waktu yang diperlukan untuk bertemu langsung.
- Pengalaman digital, sederhanakan proses, dan tingkat aksesibilitas terhadap informasi perlu diprioritaskan.
Sejatinya, sudah seharusnya perusahaan memanusiakan budaya kerja dan menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan, tujuan, dan kebutuhan karyawan, sekaligus tetap mengingat visi perusahaan secara keseluruhan.